14 November 2009

Reuni yang berlangsung kemarin itu bisa berlangsung dengan baik dan cukup sukses tentunya berkat kerja keras teman-teman yang tinggal di Padangan, Cepu, Purwosari, dan Kalitidu. Untuk itu, kita perlu memberi respek dan rasa hormat setinggi-tinggi terutama buat Muhammad Falakim, Sugeng Hariyanto, Totok Purwosari, Muhammad Eddy Shahwan, Indarti, Rosida, Wiji Lestari dan Akhmad Suryadi. Dengan semangat Boneknya, mereka tak kenal lelah menyambangi kediaman teman-teman satu per satu untuk bersilaturrahmi dan menyampaikan undangan Reuni tersebut. Dan itu semua dilakukan pada malam hari sehabis tarawih sampai ke Batokan, Kedewan dan sekitarnya. Bahkan, gara-gara persiapan reuni itulah akhirnya Falakim harus membeli HP baru, padahal selama ini dia tidak pernah memilikinya, namun mung melu nunut anake. Sehingga kemonukasi dengan Falakim bisa dengan lancar dan setiap saat.

Bahkan seorang Nyamat yang domisilinya di Bandung pun ikut terjun langsung mempersiapkan tempat reuni sehari sebelumnya. Memang, nuansa reuni ini membuat kita seperti masa-masa SMP dulu, yaitu kompak, penuh canda tawa dan bisa kerja sama secara bersama-sama tanpo iren. Hamang dan Abdus Syukur yang kebetulan sudah menjadi guru senior di almamater kita juga turut serta menyiapkan tempat sebagai ajang reuni. Bahkan keduanya dengan penuh semangat mengangkati meja dan kursi kelas ke arena reuni. Sungguh luar biasa karena sekat-sekat sosial tidak tampak sama sekali. Kita bisa menyatu dalam satu kegiatan yang utuh tanpa melihat posisi sosial kita di masyarakat. Semuanya bisa menghilangkan predikat sosialnya dan kembali nuansa kebersamaan sama-sama siswa SMP Negeri Padangan. Hanya semangat itulah yang tampak di antara pegiat bersemangat bonek tersebut.

Insya Allah, reuni ini akan berlangsung setiap dua tahun sekali di tempat yang sama. Hal ini sudah disepakati bahwa reuni berlangsung setiap hari ketiga lebaran versi pemerintah dan berlangsung pada pagi hingga siang hari. Mengapa di kampus kita? Ada beberapa alasan. Pertama, supaya kita bisa menyatu antara kegiatan kita dengan ingatan 30 tahun yang lalu. Sehingga setiap kita berkeliling kampus dan melihat tempat-tempat yang ada akan mengingatkan kita pada masa lalu kita. Dengan demikian cerita akan banyak meluncur dari diri kita masing-masing. Kedua, suasana santai dan murah meriah biayanya. Sebab tak perlu ada sewa-menyewa tempat. Ketiga, persiapan lokasi sebagai ajang reuni mampu menyatukan kita untuk kerja bergotong-royong. Suasana kerja semacam ini bisa lebih mampu merekatkan kita pada satu fokus kerja bersama. Sehingga kekompakan akan semakin tercipta dan terus terjaga. Keempat, agar semua teman kita mampu dan mau memiliki semangat hadir tanpa ada rasa perasaan yang minor sedikit pun. Sebab, tatkala pelaksanaan reuni diadakan di hotel agak mewah, beberapa teman yang sudah datang di depan hotel lantas lari tunggang langgang tidak memiliki nyali untuk memasuki arena. Sungguh sangat disayangkan, niatan yang baik berakibat kurang bergitu nyaman bagi sebagian teman kita. Untuk itulah, kampus kita jadikan sebagai ajang temu kangen ini agar sekat psikologis itu sama sekali sirna dan semuanya merasa nyaman karena kita semua pernah bersama di lokasi yang sama dengan tujuan yang sama pula. Kelima, dengan pelaksanaan yang murah meriah, sehingga kita hanya berharap kepada beberapa teman untuk bisa menutuip anggaran tersebut. Dengan demikian, kita mampu menghadirkan seluruh teman tanpa rasa was-was dibebani biaya partisipasi. Bahkan, kita bisa menyiapkan kaos ajang temu kangen kita serta buku kenangan angkatan kita apabila teman-teman yang secara ekonomi mampu dan mau memberi donasi secara cukup signifikans sehingga dananya memang cukup untuk itu semua. Sehingga kaos dan buku kenangan ini bisa membuat setiap teman kita merasa bangga dan bahagia dalam hidupnya.
Cerita-cerita Lucu
Alfian Husein

Alfian Husein pada kesempatan mengenang masa SMP bercerita tentang hukuman yang dia terima dari pak Sukilam. Kita tentunya cukup kaget bahwa ternyata pak Kilam yang lemah lembut itu jika marah yo medeni tenan. “Aku dikamplengi pak Kilam loro tenan sirahku sampai nguelu tenan”, papar Husein saat itu. Hal itu terjadi gara-gara keisengan si Husein itu sendiri. Salah seorang Manager Pertamina dan saat ini diutus ke perusahaan perminyaan joint venture Indonesia, malaysia, dan Vietnam ini kebetulan kebelet kencing. Ndilalahnya, kamar mandinya ada orang di dalam. Karena sudah tak kuat ngempet pengin kencing dan ternyata yang di dalam belum keluar juga, maka anak asli Desa Wado, Kedungtuban ini mengancam. “Jika tak itung ping telu gak metu, lawange arep tak uyuhi.” Ternyata setelah dihitung sampai tiga kali tajk keluar juga, maka alumni Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, UGM Yogyakarta ini pun mengencingi pintu kamar mandi tersebut. Dan ternyata yang keluar adalah pak Kilam. Melihat kelakuan si lesung pipit ini pun Pak Kilam lantas naik pitam dan langsung saja kepalanya dikamplengi Pak Kilam sampai nguelu yang belum pernah dirasakan sebelum-sebelumnya. Tentunya kamplengane pak Kolam ini sakit benar karena Husein mengekspresikannya dengan penuh penghayatan.

Ida Firman Agung
Kita tentunya kaget bila berjumpa dengan Ida Firman Agung. Sebab, ternyata yang dulunya gagap itu sekarang sama sekali sembuh. Kegagapannya itu yang menurut kita yang pernah bersama dia merupakan suatu kelucuan, apalagi bila dikagetin, tapi bagi dia justru malah berkah. Apa pasalnya? Tatkala setiap guru memberi tugas membaca di kelas dan gagapnya keluar, maka sang guru langsung memerintahkan sebelahnya untuk meneruskan tugas membaca tersebut. Dengan demikian, berkat gagapnya itulah dia senantiasa terbebas dari tugas-tugas membaca dari guru-guru kita. Yang jadi pertanyaan, bagaimana gagapnya Asisten Manajer BRI Surabaya ini bisa hilang sama sekali? Apakah gagapnya itu hilang bersamaan dengan hilangnya keperjakaannya? Atau dia mendapatkan seorang kyai atau dukun yang ces pleng? Ataukah karena bojone galak dan memarahi terus sehingga dia terpaksa melawan dengan kata-kata sehingga dia terus terlatih untuk bicara normal dan cepat untuk mengimbangi atau bahkan mengalahkan isterinya? Itu semua kita tunggu jawaban darinya kelak.
Umi Kulsum
Bu Guru yang cantik sekali satu ini memang nasibnya selalu jadi orang terdepan terus. Sejak tes masuk SMP, dia memang sudah menonjol karena dialah satu-satunya peserta tes yang berambut pirang. Sehingga semuanya dengan mudah langsung mengerti siapa dia. Namun, ternyata kedudukan sebagai ketua kelas II D justru membuatnya senantiasa apes. Apa pasalnya, setiap kesalahan teman-teman sekelasnya, maka dialah yang harus menanggung risikonya. Misalnya, ketika petugas piket hari Selasa ketahuan guru tidak piket, maka sang guru langsung menghukum sang ketua kelas untuk mengepel kelas selama seminggu. Apabila dia tak ngepel kelas sehari saja, maka hukumannya akan ditambah semingggu lagi. Maka dari itu, dia harus menggantikan tugas pak Bon selama seminggu untuk membersihkan ruang kelasnya. Namun, sekali lagi nasibnya yang selalu beruntung. Melihat kejadian itu, Muhammad Falakim yang memang sudah baik hati sejak kecilnyatak tega melihat hukuman yang diberikan kepada Usum ini. Untuk itu, Falakim pun dengan penuh rasa tanggung jawab membantu Alumni Jurusan Fisika, FKIP UNS Surakarta ini untuk mengepel kelas dengan suka rela selama seminggu. Rupanya, kejadian ini berlanjut. Falakim ternyata mengidolakan Usum dalam perjalanan hidupnya. Karena sekarang Usum rambutnya tertutup jilbab, maka rambutnya Falakimlah yang dicat pirang supaya terus bisa menikmati nuansa pirang rambut idola kampus tersebut. Sewaktu kelas 2-D, Usum juga dihukum pak Joko S untuk memainkan tempat gembok pintu kelas. Hal itu gara-gara ada teman 2-D yang memain-mainkan tempat gembok selama pak Joko S mengajar di kelas sebelah. Ketika pak Joko mencari anak yang iseng tersebut tak ketemu, maka pak Joko lantas menanyakan siapa ketua kelas 2-D. Secara spontan, tentu teman-teman dengan koor menyebut nama Umi Kulsum. Lantas pak Joko S menyuruh agar sang ketua kelas menghadapnya. Karena tidak tahu siapa yang iseng tadi, maka sebagai gantimnya sang ketua kelas harus menggantikan memainkan tempat gembok tersebut sampai jam pelajaran habis. Jadilah sang mayoret kita ini bermain dengan asyik selama waktu yang cukup lama. “Sampai tanganku loro kabeh,” katanya. Maka dari itu, berkat kejadian itulah dia sekarang merasakan hasilnya. Karena sering dihukum karena sebagai pimpinan, maka dia pun sekarang jadi isteri seorang pimpinan di lingkungan TNI AD, yaitu sebagai Komandan Kodim Rembang. Bahkan yang menjadi suaminya pun bernama Djoko, karena yang pernah menghukum dirinya bernama Joko S. Sepertinya garis tangan kita sudah bisa dilihat treknya di masa-masa SMP ya.
Secara diam-diam, yang paling hebat angkatan kita ternyata Mustofa, kakak Rosida. Pasalnya, sudah tiga kali ganti isteri dan janda terus. Hebat kan. Saat ini menetap di Tulung Agung, Jawa Timur dan sebagai penjual buah kelapa. Apa karena penjual kelapa itu yang sebabkan dia sering berganti isteri karena terbiasa menyortir buah kelapa untuk menentukan harganya. Akibat terbiasa membandingkan ukuran buah kelapa inilah dia lantas terbiasa memilih “buah kelapa” yang ranum ya?